Topeng Kesalehan Wanita Berkedok Syar’i Bikin Gaduh, Etika dan Agama Jadi Alat Kepentingan

📸 Caption:
Di balik penampilan agamis dan sopan, terkadang tersimpan topeng kesalehan yang menyesatkan banyak hati. Agama sejati bukan untuk pencitraan, tapi untuk ketulusan.

Narasi:

PUBLISISTIKNEWS.id – Fenomena mengejutkan kembali mencuat di tengah masyarakat. Seorang wanita yang dikenal berpenampilan syar’i, lembut, dan santun — justru menimbulkan kegaduhan di lingkungan sosialnya. Di balik citra religius dan sikap sopan, tersimpan dinamika yang membuat sejumlah orang terlibat konflik dan saling bersitegang.

Wanita yang selama ini dikenal aktif dalam kegiatan keagamaan itu diduga menggunakan “topeng kesalehan” untuk membangun citra sempurna di mata publik. Namun di balik keanggunan dan tutur katanya yang halus, muncul dugaan adanya tindakan manipulatif yang memicu salah paham di antara beberapa pihak.

Sejumlah saksi menyebut, permasalahan bermula dari komunikasi yang dipenuhi kepura-puraan dan tudingan halus yang mengadu satu sama lain. Situasi itu pun berkembang menjadi ketegangan yang melibatkan beberapa individu dan kelompok di lingkungannya.

Warga sekitar menyebut fenomena ini sebagai bentuk kemunafikan sosial yang kian marak — di mana simbol keagamaan dijadikan “tameng moral” untuk menutupi perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai yang diajarkan agama.

“Kadang orang yang terlihat paling saleh justru paling pandai menyembunyikan niatnya. Agama seharusnya jadi jalan ketulusan, bukan topeng,” ujar salah satu tokoh masyarakat yang enggan disebut namanya.

Kejadian ini menjadi refleksi keras bagi publik bahwa penampilan syar’i dan tutur kata lembut belum tentu menjamin ketulusan. Agama, bila hanya dijadikan atribut, bisa berubah menjadi alat untuk kepentingan pribadi dan pencitraan semu.

Kini, warga berharap agar peristiwa tersebut menjadi pelajaran bagi semua pihak untuk tidak mudah menilai seseorang hanya dari luar. Sebab sejatinya, kesalehan tidak ditunjukkan lewat pakaian, tapi melalui tindakan dan kejujuran hati.


RED

Penulis: RedEditor: Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *